Model Prototyping
Sebuah prototipe adalah bagian dari produk
yang mengekspresikan logika maupun fisik antarmuka eksternal yang ditampilkan.
Konsumen potensial menggunakan prototipe dan menyediakan masukan untuk tim
pengembang sebelum pengembangan skal besar dimulai. Melihat dan mempercayai
menjadi hal yang diharapkan untuk dicapai dalam prototipe. Dengan menggunakan
pendekatan ini, konsumen dan tim pengembang dapat mengklarifikasi kebutuhan dan
interpretasi mereka.
Prototyping perangkat lunak (software prototyping) atau siklus hidup menggunakan protoyping (life cycle using prototyping) adalah salah satu metode siklus hidup sistem yang didasarkan pada konsep model bekerja (working model). Tujuannya adalah mengembangkan model menjadi sistem final. Artinya sistem akan dikembangkan lebih cepat dari pada metode tradisional dan biayanya menjadi lebih rendah. Ada banyak cara untuk memprotoyping, begitu pula dengan penggunaannya. Ciri khas dari metodologi ini adalah pengembang sistem (system developer), klien, dan pengguna dapat melihat dan melakukan eksperimen dengan bagian dari sistem komputer dari sejak awal proses pengembangan.
Dengan prototype yang
terbuka, model sebuah sistem (atau bagiannya) dikembangkan secara cepat dan
dipoles dalam diskusi yang berkali-kali dengan klien. Model tersebut
menunjukkan kepada klien apa yang akan dilakukan oleh sistem, namun tidak
didukung oleh rancangan desain struktur yang mendetil. Pada saat perancang dan
klien melakukan percobaan dengan berbagai ide pada suatu model dan setuju
dengan desain final, rancangan yang sesungguhnya dibuat tepat seperti model
dengan kualitas yang lebih bagus.
Protoyping membantu
dalam menemukan kebutuhan di tahap awal pengembangan,terutama jika klien tidak
yakin dimana masalah berasal. Selain itu protoyping juga berguna sebagai alat
untuk mendesain dan memperbaiki user interface – bagaimana sistem akan terlihat
oleh orang-orang yang menggunakannya.
Salah satu hal
terpenting mengenai metodologi ini, cepat atau lambat akan disingkirkan dan
hanya digunakan untuk tujuan dokumentasi. Kelemahannya adalah metode ini tidak
memiliki analisa dan rancangan yang mendalam yang merupakan hal penting bagi
sistem yang sudah kokoh, terpercaya dan bisa dikelola. Jika seorang pengembang
memutuskan untuk membangun jenis prototipe ini, penting untuk memutuskan kapan
dan bagaimana ia akan disingkirkan dan selanjutnya menjamin bahwa hal tersebut
telah diselesaikan tepat pada waktunya.
Tujuan Prototyping
Prototyping
model sendiri mempunyai tujuan yaitu mengembangkan model awal software menjadi
sebuah sistem yang final.
A. Proses
Proses-proses
dalam model prototyping menurut saya yaitu:
- Komunikasi terlebih dahulu yang dilakukan antara pelanggan
dengan tim pemgembang perangkat lunak mengenai spesifikasi kebutuhan yang diinginkan
- Akan dilakukan perencanaan dan pemodelan secara cepat
berupa rancangan cepat(quick design) dan kemudian akan memulai konstruksi
pembuatan prototype
- Prototipe kemudian akan diserahkan kepada para stakeholder
untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut sebelum diserahkan kepada para
pembuat software
- Pembuatan software sesuai dengan prototype yang telah
dievaluasi yang kemudian akan diserahkan kepada pelanggan
- Jika belum memenuhi kebutuhan dari pelanggan maka akan
kembali ke proses awal sampai dengan kebutuhan dari pelanggan telah
terpenuhi
Sedangkan
proses-proses dalam model prototyping secara umum adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan kebutuhan
Developer dan klien akan bertemu terlebih dahulu dan kemudian menentukan tujuan umum, kebutuhan yang diketahui dan gambaran bagian-bagian yang akan dibutuhkan berikutnya
Developer dan klien akan bertemu terlebih dahulu dan kemudian menentukan tujuan umum, kebutuhan yang diketahui dan gambaran bagian-bagian yang akan dibutuhkan berikutnya
2. Perancangan
Perancangan dilakukan dengan cepat dan rancangan tersebut mewakili semua aspek software yang diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar pembuatan prototype
Perancangan dilakukan dengan cepat dan rancangan tersebut mewakili semua aspek software yang diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar pembuatan prototype
3. Evaluasi Prototype
Klien akan mengevaluasi prototype yang dibuat dan digunakan untuk memperjelas kebutuhan software.
Klien akan mengevaluasi prototype yang dibuat dan digunakan untuk memperjelas kebutuhan software.
B. Tahapan
Selain
itu, untuk memodelkan sebuah perangkat lunak dibutuhkan beberapa tahapan di
dalam proses pengembangannya. Tahapan inilah yang akan menentukan keberhasilan
dari sebuah softwareitu .Pengembang perangkat lunak harus memperhatikan tahapan
dalam metode prototyping agar software finalnya dapat diterima oleh
penggunanya. Dan tahapan-tahapan dalam prototyping tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Pengumpulan kebutuhan
Pelanggan dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format dan kebutuhan kesseluruhan perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.
Pelanggan dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format dan kebutuhan kesseluruhan perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.
2. Membangun prototyping
Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berpusat pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan contoh outputnya).
Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berpusat pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan contoh outputnya).
3. Evaluasi protoptyping
Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginan pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah keempat akan diambil. Jika tidak, maka prototyping diperbaiki dengan mengulang langkah 1, 2 , dan 3.
Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginan pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah keempat akan diambil. Jika tidak, maka prototyping diperbaiki dengan mengulang langkah 1, 2 , dan 3.
4. Mengkodekan system
Dalam tahap ini prototyping yang sudah disepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang sesuai.
Dalam tahap ini prototyping yang sudah disepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang sesuai.
5. Menguji system
Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites dahulu sebelum digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path, pengujian arsitektur dan lain-lain.
Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites dahulu sebelum digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path, pengujian arsitektur dan lain-lain.
6. Evaluasi Sistem
Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan . Jika sudah, maka langkah ketujuh dilakukan, jika belum maka mengulangi langkah 4 dan 5.
Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan . Jika sudah, maka langkah ketujuh dilakukan, jika belum maka mengulangi langkah 4 dan 5.
7. Menggunakan system
Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan
Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan
Kelebihan Metode Prototyping
Kelebihan metode prototyping yang paling utama adalah
merupakan salah satu jenis metode pengembangan sistem yang sifatnya sangat
cepat dan dapat menghemat waktu. Berbeda dengan pengembangan sistem menggunakan
metode waterfall yang membutuhkan banyak biaya dan memakan waktu. Maka bagi
user yang membutuhkan sebuah sistem dalam jangka waktu yang sangat singkat,
bisa mengandalkan metode pengembangan sistem prototyping ini
Selain itu,
metode prototyping juga memilki beberapa kelebihan lainnya, seperti :
1.
Dapat menjalin komunikasi yang baik antar user dan pengembang
sistem
2. Setiap
perbaikan yang dilakukan pada prototype merupakan hasil masukan dari user yang
akan menggunakan sistem tersebut, sehingga lebih reliabel
3. User
akan memberikan masukan terhadap sistem sesuai dengan kemauannya
4. Menghemat
waktu dalam mengembangkan sebuah sistem
5. Menghemat
biaya, terutama pada bagian analisa, karena hanya mencatat poin – point penting
saja
6. Cocok
digunakan pada sebuah sistem kecil, yang digunakan pada ruang lingkup tertentu,
seperti sistem di dalam sebuah kantor
7. Penerapan
dari sistem yang menjadi lebih mudah untuk dilakukan.
Kelemahan dari Metode
Prototyping
Beberapa kelemahan dan juga kekurangan dari metode
prototyping antara lain:
1. Untuk menghemat waktu, biasanya pengembang hanya menggunakan
bahasa pemrograman sederhana, yang mungkin rentan dari segi keamanannya
2. Tidak cocok untuk diimplementasikan pada sebuah sistem yang
sangat besar dan global, seperti sistem operasi komputer.
3. Pelanggan kadang tidak melihat atau menyadari
bahwa perangkat lunak yang ada belum mencantumkan kualitas perangkat lunak
secara keseluruhan dan juga belum memikirkan kemampuan pemeliharaan untuk
jangka waktu lama.
4. Pengembang biasanya ingin cepat menyelesaikan
proyek sehingga menggunakan algoritma dan bahasa pemrograman yang sederhana untuk
membuat prototyping lebih cepat selesai tanpa memikirkan lebih lanjut bahwa
program tersebut hanya merupakan sebuah kerangka kerja(blueprint) dari sistem .
5.
Hubungan pelanggan dengan
komputer yang disediakan mungkin tidak mencerminkan teknik perancangan yang
baik dan benar.
Referensi
http://rizalloa.ilearning.me/?p=132
http://dosenit.com/kuliah-it/teknologi-informasi/kelebihan-dan-kekurangan-metode-prototyping
http://rizalloa.ilearning.me/?p=132
No comments:
Post a Comment