Monday, April 17, 2017

Spiral

Model Spiral


Sejarah Model Spiral
                Proses model yang lain, yang cukup populer adalah Spiral Model. Model ini juga cukup baru ditemukan, yaitu pada sekitar tahun 1988 oleh Barry Boehm pada artikel A Spiral Model of Software Development and Enhancement. Spiral model adalah salah satu bentuk evolusi yang menggunakan metode iterasi natural yang dimiliki oleh model prototyping dan digabungkan dengan aspek sistimatis yang dikembangkan dengan model waterfall. Tahap desain umumnya digunakan pada model Waterfall, sedangkan tahap prototyping adalah suatu model dimana software dibuat prototype (incomplete model), “blue-print”-nya, atau contohnya dan ditunjukkan ke user / customer untuk mendapatkan feedback-nya. Jika prototype-nya sudah sesuai dengan keinginan user / customer, maka proses SE dilanjutkan dengan membuat produk sesungguhnya dengan menambah dan memperbaiki kekurangan dari prototype tadi.

                Model ini juga mengkombinasikan top-down design dengan bottom-up design, dimana top-down design menetapkan sistem global terlebih dahulu, baru diteruskan dengan detail sistemnya, sedangkan bottom-up design berlaku sebaliknya. Top-down design biasanya diaplikasikan pada model waterfall dengan sequential-nya, sedangkan bottom-up design biasanya diaplikasikan pada model prototyping dengan feedback yang diperoleh. Dari 2 kombinasi tersebut, yaitu kombinasi antara desain dan prototyping, serta top-down dan bottom-up, yang juga diaplikasikan pada model waterfall dan prototype, maka spiral model ini dapat dikatakan sebagai model proses hasil kombinasi dari kedua model tersebut. Oleh karena itu, model ini biasanya dipakai untuk pembuatan software dengan skala besar dan kompleks.

Pengertian Model Spiral
                Model spiral (spiral model) adalah model proses software yang evolusioner yang merangkai sifat iteratif dari prototipe dengan cara kontrol dan aspek sistematis dari model sekuensial linier. Model ini berpotensi untuk pengembangan versi pertambahan software secara cepat. Di dalam model spiral, software dikembangkan di dalam suatu deretan pertambahan. Selama awal iterasi, rilis inkremental bisa merupakan sebuah model atau prototipe kertas. Selama iterasi berikutnya, sedikit demi sedikit dihasilkan versi sistem rekayasa yang lebih lengkap.

Tahapan-Tahapan Model Spiral

                Model spiral dibagi menjadi enam wilayah tugas yaitu:
1. Komunikasi pelanggan
            Yaitu tugas-tugas untuk membangun komunikasi antara pelanggan dan kebutuhankebutuhan yang diinginkan oleh pelanggan

2. Perencanaan
            Yaitu tugas-tugas untuk mendefinisikan sumber daya, ketepatan waktu, dan proyek
    informasi lain yg berhubungan.

3. Analisis Resiko
            Yaitu tugas-tugas yang dibutuhkan untuk menaksir resikomanajemen dan teknis.

4. Perekayasaan
            Yaitu tugas yang dibutuhkan untuk membangun satu atau lebih representasi dari
    apikasi tersebut.

5. Konstruksi dan peluncuran
            Yaitu tugas-tugas yang dibutuhkan untuk mengkonstruksi, menguji, memasang , dan
    memberi pelayanan kepada pemakai.

6. Evaluasi Pelanggan
            Yaitu tugas-tugas untuk mendapatkan umpan balik dari pelanggan.

Kelebihan dan Kelemahan Model Spiral

Kelebihan model Spiral :
   1. Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak
       komputer.
   2. Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar
   3. Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap
       resiko setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses .
   4. Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap
       keadaan di dalam evolusi produk.
   5. Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan memasukkannya
       ke dalam kerangka kerja iteratif .
   6. Membutuhkan pertimbangan langsung terhadp resiko teknis sehingga mengurangi
       resiko sebelum menjadi permaslahan yang serius.

Kekurangan
1.Waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan perangkat lunak cukup panjang demikian juga biaya yang besar.
2. Sangat tergantung kepada tenaga ahli yang dapat memperkirakan resiko.
3. Terdapat pula kesulitan untuk mengontrol proses. Sampai saat ini, karena masih relatif baru, belum ada bukti apakah metode ini cukup handal untuk diterapkan.
4. Meyakinkan konsumen (khusunya dalam situasi kontrak) bahwa pendekatan evolusioner bisa dikontrol.


http://saifulmubin.blogspot.co.id/2011/02/model-spiral.html

No comments:

Post a Comment

Template Designed by Dikri Wahyudi